Sabtu, 08 September 2012

Taubat dan Istighfar : Sangat dibutuhkan Manusia


Telah tsabit dalam kitab Shahihain dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: Allah Ta’ala berfirman,
من ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي ومن ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خير منه ومن تقرب إلي شبرا تقربت إليه ذراعا ومن تقرب إلي ذراعا تقربت إليه باعا ومن أتاني يمشي أتيته هرولة
"Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu perkumpulan manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari." (Shahih Muslim no.4832)
Pada sebagian atsar disebutkan: Allah Ta’ala berfirman,
أهل ذكري أهل مجالستي وأهل شكري أهل زيارتي وأهل طاعتي أهل كرامتي وأهل معصيتي أؤيسهم من رحمتي إن تابوا فأنا حبيبهم لأن الله يحب التوابين وإن لم يتوبوا فأنا طبيبهم أبتليهم بالمصائب حتى أطهرهم من المعايب
Ahli dzikir-Ku adalah ahli majelis-Ku, ahli syukur-Ku adalah ahli ziarah-Ku. Orang yang senantiasa taat kepada-Ku, ia akan mendapatkan kemuliaan-Ku. Orang yang maksiat kepada-Ku, Aku tidak membuatnya putus asa dari rahmat-Ku. Jika mereka bertaubat maka Aku adalah kekasih mereka. Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang gemar bertaubat. Jika mereka tidak betaubat maka Aku adalah penyembuh mereka, Aku uji mereka dengan musibah hingga Aku bersihkan mereka dari dosa-dosa."
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا يَخَافُ ظُلْمًا وَلا هَضْمًا
"Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya." (Thaahaa: 112)
Dikatakan bahwa orang yang berbuat kezhaliman akan ditimpakannya dosa-dosa orang yang dizhaliminya. Sedangkan al Hadhm (sebagimana tersebut dalam ayat di atas) yaitu akan mengurangi amalan-amalan baiknya.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا مَا قَصَصْنَا عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (an Nahl: 118)
Dalam hadits shahih dari Abu Dzar Radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
عَنْ أَبِي ذَرٍّ اْلغِفَارِي, عَنْ النّبِيّ صلى الله عليه وسلم. فِيمَا رَوَىَ عَنِ اللّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَىَ أَنّهُ قَالَ:
 «يَا عِبَادِي إِنّي حَرّمْتُ الظّلْمَ عَلَىَ نَفْسِي. وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرّماً. فَلاَ تَظَالَمُوا.
يَا عِبَادِي كُلّكُمْ ضَالّ إِلاّ مَنْ هَدَيْتُهُ. فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ. يَا عِبَادِي كُلّكُمْ جَائِعٌ إِلاّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ. فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ.
يَا عِبَادِي كُلّكُمْ عَارٍ إِلاّ مَنْ كَسَوْتُهُ. فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ.
يَا عِبَادِي إِنّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللّيْلِ وَالنّهَارِ, وَأَنَا أَغْفِرُ الذّنُوبَ جَمِيعاً. فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرُ لَكُمْ.
يَا عِبَادِي إِنّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرّي فَتَضُرّونِي. وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ, وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَتْقَىَ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ. مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. كَانُوا عَلَىَ أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ. مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً.
 يَا عِبَادِي لَوْ أَنّ أَوّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ. وَإِنْسَكُمْ وَجِنّكُمْ. قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي. فَأَعْطَيْتُ كُلّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ. مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمّا عِنْدِي إِلاّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.
يَا عِبَادِي إِنّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ. ثُمّ أُوَفّيكُمْ إِيّاهَا. فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللّهَ. وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنّ إِلاّ نَفْسَهُ».
 
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan zhalim itu Aku haramkan di antara kalian, maka janganlah kalian zhalim dan menzhalimi. Wahai hamba-Ku, masing-masing dari kamu itu sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk kepadamu. Wahai hamba-Ku, masing-masing dari kamu itu lapar kecuali orang yang Aku beri makan, mintalah makan kepada-Ku, maka Aku memberi makan kepadamu. Wahai hamba-Ku, masing-masing dari kamu itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian, mintalah pakaian kepada-Ku maka Aku memberi pakaian. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu bersalah siang dan malam, sedang Aku mengampuni seluruh dosa, mintalah ampun kepada-Ku, maka Aku mengampunimu. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan terhindar dari kemadharatan-Ku, maka berlindunglah dari kemadharatan-Ku dan kamu tidak akan memperoleh kemanfa’atan-Ku maka mohonlah kemanfaatan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir dari kamu, jin dan manusia dari kalanganmu itu berada pada hati seseorang yang paling taqwa dari padamu, hal itu tidak menambah kerajaan-Ku sedikit juapun. Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang awal dan terkemudian dari padamu, manusia dan jin itu ada pada orang yang paling jahat dari padamu niscaya tidaklah berkurang dari kerajaan-Ku barang sedikit juapun. Wahai hamba-Ku, seandainya orang yang pertama dan terkemudian, manusia dan jin di kalanganmu berdiri di satu bukit lalu minta kepada-Ku, dan Aku beri setiap orang akan permintaannya, maka hal itu tidak mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan seperti berkurangnya air laut apabila dimasukkan jarum kepadanya. Wahai hamba-Ku, itu amal-amalmu, Aku hitung semuanya untukmu, kemudian Aku sempurnakan bagimu. Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan maka pujilah Allah, dan barangsiapa yang mendapati selain itu maka janganlah mencela selain dirinya". (HR. Muslim no. 6306)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Imam al Bukhari dari Syadad bin Aus Radhiallahu’anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Sayyidul istighfar yaitu ucapan seorang hamba yang berbunyi:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
"“Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR. Muslim no. 2577)
Seorang hamba senantiasa berada dalam kenikmatan dari Allah Ta’ala yang hal itu perlu untuk disyukuri. Dan senantiasa berada dalam dosa yang hal itu membutuhkan istighfar. Masing-masing dari dua perkara ini merupakan perkara-perkara yang senantiasa diwajibkan bagi seorang hamba. Karena ia senantiasa berubah keadaannya dalam kenikmatan Allah Ta’al dan dalam keadaan yang lainnya. Dan hal itu membutuhkan taubat dan istighfar.
Oleh karena itu, penghulu anak keturunan Adam dan imamnya orang-orang yang bertakwa, yakni Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beristighfar (memohon ampunan kepada Allah) dalam segala keadaannya.
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam dalam hadits shahih bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim 4/2076)
Dalam hadits Abdullah bin Umar,
وعن ابن عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما قال: كنا نعد لرَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ في المجلس مائة مرة <رب اغفر لي وتب عليّ إنك أنت التواب الرحيم> رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ وَالْتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ صحيح.
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: "Kami pernah menghitung Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam sekali majlis mengucapkan istighfar sebanyak seratus kali, yaitu: Rabbighfir li wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rahim." Ya Rabbku, ampunilah aku serta terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat lagi Penyayang. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi berkata Hadis hasan shahih)
Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101)
Dalam kitab Shahih Muslim, bahwa beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Sesungguhnya hatiku lupa (tidak ingat kepada Allah) padahal sesungguhnya aku minta ampun kepada-Nya dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim 4/2075)
Oleh karena itu disyariatkan beristighfar pada setiap akhir amalan, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ
"(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran: 17)
Sebagian mereka berkata, "Mereka menghidupkan malam-malam mereka dengan sholat, ketika masuk sahur mereka diperintah untuk beristighfar."
Dalam kitab shahih bahwa nabi Shallalahu’alaihi wasallam jika selesai sholat beliau beristighfar 3 kali,
أَسْتَغْفِرُ اللهَ (ثلاثا) اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.
“Aku minta ampun kepada Allah,” (dibaca tiga kali). Lantas membaca: “Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” (HR. Muslim 1/414)
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ. ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al Baqarah: 198-199)
Allah Subhanahu wata’ala telah memerintah nabi-Nya untuk melakukan hal tersebut, setelah beliau menyampaikan risalah kenabian dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya dan setelah beliau melaksanakan perkara-perkara yang Allah Ta’ala perintahkan yang tidak pernah hal-hal itu dicapai oleh orang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat." (an Nashr: 1-3)
Oleh karena itu, tegaknya agama ini adalah dengan tauhid dan istighfar sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala di awal surah Huud,
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ. أَلا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ. وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
"Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat." (Huud: 1-3)
Dan firman-Nya,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ
"Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan (Nya)," (Fushshilat: 6)
Dan firman-Nya,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu." (Muhammad: 19)
Oleh karena itu disebutkan di dalam sebuah hadits,
يقول الشيطان أهلكت الناس بالذنوب وأهلكوني بلا إله إلا الله والاستغفار
"Syaithan berkata: Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa, dan mereka membinasakan aku dengan Laa Ilaaha illallah dan istighfar." (hadits maudhu’. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam kitab Dhaiful Jami’ no.3795)
Nabi Yunus ‘Alaihis salam berkata,
لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (al Anbiyaa’: 87)
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam apabila beliau menaiki kendaraan, beliau memuji Allah, kemudian beliau bertakbir 3 kali, lalu beristighfar,
بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
“Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah! Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud 3/34, At-Tirmidzi 5/501, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/156)
Dan doa kaffarotul majlis (doa penutup majelis) yang biasa beliau ucapkan, berbunyi:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153)
Dan semoga sholawat beriring salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam
[Disalin dari kitab Tuhfatul 'Iraqiyah fi A'malil Qalbiyyah, Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Edisi Indonesia Amalan-Amalan Hati, Penerjemah Abu Abdillah Salim Subaid, Penerbit Pustaka Ar Rayyan, halaman 154-163]

Dikutip dari :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Rabu, 05 September 2012

Berbuat Kebajikan Jangan Berharap Balasan di Dunia


Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman Al Qar’awi
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Huud: 15-16)

Penjelasan per-kata
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya: Yakni sesiapa yang menginginkan dengan amal shalihnya itu manfaat duniawi, seperti orang yang berjihad dengan tujuan mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang).
Niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna: Kami balas atas amalan mereka di dunia yaitu dengan memberikan mereka kesehatan, keluasan rejeki, dan yang selain daripada itu.
Tidak akan dirugikan: Yakni tidak dikurangi sedikitpun pahala mereka dan sesungguhnya Allah Azza wajalla balas mereka dengannya di dunia bagi siapa yang dikehendaki.
Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia: Yakni dan amalan mereka lenyap, tidak berhak atasnya ganjaran di akhirat karena mereka telah diberikan ganjarannya di dunia.
Dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan: Yakni dan amalan mereka bathil dari asalnya dikarenakan tidak dimaksudkan dengannya wajah Allah Azza wajalla, dan amalan mereka sia-sia tidak ada ganjaran baginya (di akhirat).
Penjelasan global
Allah Azza wajalla mengabarkan dalam 2 ayat ini bahwasanya sesiapa yang lemah himmahnya (semangatnya untuk akhirat) dan pendek pandangannya dan menginginkan atas amalan mereka yang shalih ganjaran duniawi, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala akan membalas mereka atasnya di kehidupan yang hina ini (dunia). Akan tetapi mereka rugi di hari kiamat yang padahal mereka amat sangat butuh kepada ganjarannya. Bahkan sesungguhnya dirinya akan dipalingkan ke neraka karena amal mereka yang shalih yang mereka kerjakan sungguh telah diterima ganjarannya di dunia. Maka sia-sialah, celaka, dan tidak memperbaiki sebab-sebab untuk keselamatannya (di akhirat).
Faidah ayat ini
1. Bahwasanya Allah Jalla wa’ala sungguh telah memberi ganjaran kepada orang kafir di dunia atas amalan baiknya dan inilah pencari dunia, maka bersamanya tidak ada sedikitpun di akhirat dari ganjaran amalannya.
2. Bahwasanya syirik (memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah Ta’ala) menjadikan amalannya sia-sia.
3. Mencari dunia dengan melakukan amalan akhirat adalah bathil.
4. Setiap amalan yang tidak dimaksudkan dengannya wajah Allah Azza wajalla, maka amalan itu bathil.
[Dinukil dari kitab Al Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Karya Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman Al Qar’awi]

Dikutip dari Blog Sunniy Salafy