Sabtu, 12 Februari 2011

Istri menuju surga, suami ikut kagak ya?

Indah Sari Purnama dan Khairussyifa' Nafi'ah


            Hmm.. siapa sih yang tidak mengidamkan seorang suami yang bisa menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya?
            Rasanya semuanya pasti menginginkannya. Namun terkadang keinginan itu tak sejalan dengan kenyataan. Padahal di awal perkenalan sebelum menikah, calon suami itu nampak sebagai seorang yang taat beribadah. Entah kenapa setelah menikah dari hari ke hari yang nampak justru kemunduran. Mulai dari sholat yang tidak di awal waktu , malas-malasan sampai dengan yang parah yaitu meninggalkan sholat dan ibadah-ibadah lainnya.
            Yah, bagaimanapun nampak sempurnanya suami kita, tetap saja dia bukanlah malaikat. Seperti halnya diri kita yang juga hanyalah manusia biasa. Naik turunnya iman kita menjadi satu hal yang wajar terjadi.
            Namun, laki-laki memang memegang peranan yang lebih besar dalam rumah tangga. Dia adalah imam yang membimbing keluarganya untuk menuju surga. Sehingga tak heran bila istri menaruh harapan lebih pada seorang suami.
            Sesungguhnya tugas ini bisa diemban  bersama antara suami dan istri sih.. meski wajarlah yang namanya wanita bila ada keinginan untuk dibimbing, bukan membimbing. Tapi kalau kasusnya seperti kasus-kasus di atas gimana dong? mau nggak mau istri harus berperan juga sebagai pendorong bagi suami bukan?
Masak sih istri shaleh sendirian, sementara sang suami dibiarkan keleleran.
Hmm.. bukan suatu hal yang gampang bila seorang istri harus berperan ganda menjadi imam dalam keluarga. Imam di sini lebih berarti sebagai seorang yang menggerakkan anggota keluarganya untuk lebih taat beribadah kepada-Nya.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang istri menurut saya adalah :
1.       Memaklumi sifat manusia yang terkadang bisa saja futur
Hendaknya kita tidak merasa sok paling suci, paling alim dibandingkan dengan suami. Bagaimanapun kita adalah manusia yang tak lepas dari kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya.
2.       Mengeliminasi rasa kecewa
Tak bisa dipungkiri bila kita kecewa melihat suami yang tak sesempurna yang dibayangkan semula. Mulailah menata hati kita bahwa dia memang bukan mahluk sempurna. Seperti halnya diri kita sendiri. Jangan menaruh harapan yang berlebihan kepada yang namanya makhluk, meski dia adalah suami kita sendiri. Kembalikan semuanya kepada Allah, niscaya rasa kecewa tersebut akan dapat terkurangi.
3.       Mulailah menshalehkan diri sendiri terlebih dahulu
Perbaiki diri sendiri dulu, jangan malu untuk menampakkan itu semua di depan mata suami. Dengan demikian diharapkan suami mampu melihat dengan mata kepala dan mata hatinya bahwa istrinya bersungguh-sungguh  dalam beribadah.
4.       Mengajak suami dengan cara yang baik
Kalimat pertama :
"Ayah... sajadahnya sudah siap lho, bunda juga udah nungguin nih buat sholat magrib berjamaah..."
Kalimat kedua :
"Ayaah..... mau sholat kagak sih, mau masuk neraka apa yaa.. "
Hayo lebih manis yang mana kalimatnya? tentu yang pertama bukan ?
atau bila suami sedang tidur dan kita hendak membangunkannya tahajud, usap rambutnya kecup pipinya bisikkan ditelinganya : "ayaah.. assholatu khoirum minan naum..."
Siip deh, semoga suami bisa segera bangkit untuk sholat bersama :)
5.       Tetaplah berdoa untuk suami kita
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan suami pada ghirah ibadah tentu tergantung dari bagaimana tingkat keparahan futurnya. Bisa saja cepat, namun bisa juga memakan waktu bertahun-tahun bagi yang sudah futur banget.
Dibutuhkan kesabaran ekstra yang tak mudah. Sementara itu bunda tetaplah berdoa pada Allah, mintakan padanNya agar petunjukNya menghampiri hati sanubari suami kita. Jangan pernah lelah untuk berdoa, karena hanya kepadaNyalah kita mengembalikan semua masalah di dunia.
6.       Anggap ini sebagai ladang amal bagi kita
Sementara suami sedang futur, biarlah untuk sementara kita yang jadi 'imam' nya.
Anggaplah ini sebagai ladang ibadah yang harus kita garap dengan sungguh-sungguh.
Sembari berharap ladang ini kelak akan menghasilkan buah yang manis, yang bisa dinikmati semua pihak.
7.       Konsisten / Istiqomah dalam berusaha
Bila hasil yang diinginkan tak kunjung datang, bersabarlah. Jangan buat diri kita malah jadi ikut-ikutan futur. Keep trying and praying ya.. insya Allah someday suami akan kembali ke jalan yang benar. Dan mampu menjalankan perannya menjadi imam yang memimpin anggota keluarga kita menuju surga.
Amin ya Robbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar